Minggu, 08 April 2018


KRL JABODETABEK
DARI MASA KE MASA

Barangkali masih lekat dalam ingatan kita saat penumpang kereta rel listrik (KRL) berebut naik ke atap kereta. Itu pemandangan mengerikan yang terjadi bertahun-tahun lamanya.

Tak hanya itu, ingatkah Anda ketika penumpang dengan bebasnya bisa membeli gorengan atau sekadar membeli penjepit rambut dari dalam gerbong kereta? Ada pula pengamen yang memainkan gitar dan bernyanyi dari gerbong satu ke gerbong lainnya ketika itu.

Kini, suasana semacam itu tak lagi terasa. PT Kereta Api Indonesia yang menginjak usia 72 tahun pada 28 September 2017 telah membenahi pelayanan KRL secara bertahap.

PT KAI menghadirkan layanan KRL commuter line yang semua gerbongnya dilengkapi pendingin ruangan dan kursi yang empuk. Sistem pembelian tiket juga tak lagi menggunakan kertas.

Tak dapat dipungkiri, KRL merupakan transportasi massal yang menjadi andalan warga di Jabodetabek. Seperti apa tahap demi tahap perubahan yang terjadi dalam layanan KRL Jabodetabek? Mari ikut perubahan wajah KRL dari masa ke masa.









Stasiun I:KERETA PADA MASA LAMPAU
TAHUN 1925


KOMPAS.com/Garry Andrew Lotulung

Kereta api dengan lokomotif listrik pertama buatan Belanda mulai beroperasi di Jakarta pada 1925 sampai 1976. Lokomotif listrik ini bernama Electrische Staats Spoorwegen (ESS) atau Lokomotif Djokotop. Kereta tersebut juga dikenal dengan nama Lokomotif Bonbon.

Saat ini Lokomotif Djokotop dipelihara di Balai Yasa Manggarai, Jakarta Selatan, dan hanya difungsikan untuk kegiatan tertentu.

Sistem perkeretaapian pada tahun 1925 menjadi cikal bakal perkembangan KRL hingga saat ini. Sejak tahun 1925, elektrifikasi jalur kereta api mulai dibangun di Jabodetabek.
TAHUN 1976
Dok. PT KCI

Kereta lokomotif listrik digantikan KRL dari Jepang.
TAHUN 1976 - 2006
Dok. PT KCI

Para penumpang masih naik ke atas atap KRL ekonomi. Mereka berebut memanjat ke atap gerbong lewat jendela. Pedagang juga bebas berjualan di dalam gerbong kereta.
TAHUN 1976 - 2013


Dok. PT KCI

Kondisi peron di sejumlah stasiun yang masih dipenuhi pedagang. Para pedagang bebas berjualan, bahkan menggelar pasar tumpah di bantaran rel.


Stasiun II:PERUBAHAN WAJAH KERETA DAN STASIUN
Dok. PT KCI

23 Maret 2009: Pembenahan layanan KRL Jabodetabek diawali dengan pembelian 8 unit kereta AC pertama seri 8500 yang kemudian dibentuk menjadi satu rangkaian KRL. Saat itu, rangkaian KRL pertama ini dikenal dengan nama Jalita, akronim dari Jalan-jalan Lintas Jakarta.

19 Mei 2009: PT KAI membentuk anak perusahaan yang khusus mengoperasikan KRL AC. Anak perusahaan ini diberi nama PT KAI Commuter Jabodetabek atau KCJ. Tahun 2017, KCJ berganti nama menjadi PT KAI Commuter Indonesia (PT KCI).
KOMPAS.com/Garry Andrew Lotulung

2 Juli 2011: Pola single operation mulai diterapkan. Pada pola ini, semua KRL AC, termasuk KRL ekspress mulai dilebur menjadi satu layanan yang diberi nama KRL commuter line.

KRL commuter line wajib berhenti di setiap stasiun. Sebelum pola ini diterapkan, KRL ekspress hanya berhenti di beberapa stasiun.

5 Desember 2011: Pola operasi loop line mulai diterapkan. Pada pola ini terdapat penyederhanaan rute KRL dan mulai diterapkannya sistem transit.

Dengan diterapkannya pola operasi loop line ini, tidak ada lagi KRL dari Bogor yang langsung ke Tangerang, ataupun KRL dari Serpong yang langsung ke Bekasi.

KOMPAS.com/Garry Andrew Lotulung

Desember 2012: Mulai dilakukan penertiban terhadap keberadaan kios-kios pedagang liar di area stasiun, baik di peron maupun halaman stasiun. Penertiban yang dilakukan secara bertahap di seluruh stasiun di wilayah Jabodetabek ini tercatat berlangsung hingga pertengahan 2013.
KOMPAS.com/Garry Andrew Lotulung

25 Juli 2013: Layanan KRL ekonomi di semua relasi dihapuskan sehingga seluruh perjalanan KRL di wilayah Jabodetabek dilayani oleh KRL commuter line. Seiring “hilangnya” KRL ekonomi, penumpang pun tak ada lagi yang naik ke atap kereta.




Stasiun III:PERUBAHAN LAYANAN TIKET


KOMPAS.com/Garry Andrew Lotulung

1 Juli 2013: PT KCJ menerapkan sistem tiket elektronik. Tiket elektronik ini menggantikan tiket kertas yang sebelumnya digunakan.

Ada dua jenis tiket elektronik, yakni kartu single-trip untuk satu kali perjalanan dan kartu multi-trip (KMT) yang dapat digunakan untuk beberapa perjalanan selama saldo mencukupi.

KOMPAS.com/Garry Andrew Lotulung
22 Agustus 2013: PT KCJ memberlakukan uang jaminan Rp 5.000 pada kartu single-trip. Hal ini dilakukan menyusul banyaknya kartu single-tripyang tidak dikembalikan sehingga membuat PT KCJ merugi.

Penerapan uang jaminan juga membuat istilah kartu single-trip diubah menjadi tiket harian berjaminan atau THB.

KOMPAS.com/Garry Andrew Lotulung

September 2015: PT KCJ mulai mengembangkan jenis tiket yang biasa digunakan pelanggan. Tidak hanya kartu, tiket juga berbentuk gelang, stiker, dan gantungan kunci.

KOMPAS.com/Garry Andrew Lotulung

Januari 2016: PT KCJ menyediakan vending machine untuk mengurangi transaksi di loket. Dengan adanya mesin ini, penumpang bisa membeli tiket secara mandiri. Mesin ini dapat melayani semua transaksi, mulai dari pengisian saldo KMT, pembelian, dan pengembalian THB.


Stasiun IV:PENGEMBANGAN KERETA
Dok. KOMPAS.com

Januari 2016: Integrasi KRL dengan layanan bus transjakarta diawali di Stasiun Tebet, Manggarai, dan Palmerah. Dengan begitu, penumpang bisa naik transjakarta untuk menuju stasiun tersebut.
Dok. KOMPAS.com

2020: Rencananya, pemerintah akan mengembangkan sistem transit oriented development (TOD). KRL akan terintegrasi dengan moda transportasi lainnya yang berbasis kereta, yakni MRT, LRT, dan kereta bandara. Selain itu, KRL terintegrasi dengan transjakarta.




Stasiun V:APA KATA MEREKA?

Bagi sebagian orang, KRL menjadi moda transportasi andalan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Perubahan pelayanan KRL juga memberi kesan tersendiri bagi mereka. Apa kata mereka tentang wajah KRL kini?

Dok. Pribadi
Helmi Livianto Humas Komunitas Edan Sepur Indonesia

“Dulu kan tanpa AC, semuanya masuk, terus pintunya tertutup. Terus di dalamnya kereta itu ya ada pedagang mondar-mandir. Bermacam-macam orang di sana. Sebenarnya enak juga ya sambil jalan bisa sambil jajan murah-murah, tapi gimana ya kesannya terlalu kumuh. Kalau sekarang? Ya lebih nyaman. Tapi ya karena penumpang sangat banyak, sekitar 1 juta penumpang. Jadi memang sekarang orang lebih banyak beralih ke KRL.”

Dok. Pribadi
Nova Prima Ketua Umum Komunitas Indonesia Preservation Railway Society (IPRS)

“Ketika ada yang mengeluh wah (kereta) penuh atau apa ya, kondisi itu wajar karena penambahan kereta itu kan enggak secepat penambahan orang. Penambahan orang ini kan enggak dihitung dari lahir, tapi dari urbanisasi, perpindahan penduduk.”







Stasiun VI:TAHUKAH KAMU?


KOMPAS.com/Garry Andrew Lotulung
Bangunan Stasiun Jakarta Kota sejak 1926

Konstruksi bangunan Stasiun Jakarta Kota, Jakarta Barat, tidak pernah berubah sejak direnovasi pertama kali pada 1926. Sebab, Stasiun Jakarta Kota telah ditetapkan sebagai cagar budaya.

Konstruksi bangunan Stasiun Jakarta merupakan perpaduan struktur dan teknik modern barat dengan bentuk-bentuk tradisional.

Perawatan Stasiun Jakarta Kota dilakukan oleh unit khusus yang menangani bangunan cagar budaya yang ada di PT KAI Indonesia. Sementara itu, perawatan yang dilakukan pengelola stasiun hanya perbaikan hal-hal kecil, seperti kerusakan keramik, atap, dan lainnya.

"Konstruksi bangunan tidak ada perubahan. Kalau perubahan harus ada penelitian karena cagar budaya itu," ujar Wakil Kepala Stasiun Jakarta Kota Jaja Raharja.

KOMPAS.com/Garry Andrew Lotulung
Stasiun Tanjung Priok Punya ‘Saudara Kembar’ di Belanda

Stasiun Tanjung Priok, Jakarta Utara, disebut memiliki "kembaran" di Belanda. Konstruksi bangunan Stasiun Tanjung Priok dengan salah satu stasiun di negeri kincir angin memiliki kemiripan.

"Stasiun ini memiliki 'saudara kembar' di Belanda. Bangunannya sama persis, ini yang cerita ahli sejarah," Kepala Stasiun Tanjung Priok Suharyanto.


KOMPAS.com/Garry Andrew Lotulung

Sama seperti Stasiun Jakarta Kota, Stasiun Tanjung Priok juga telah ditetapkan sebagai cagar budaya. Pengelola stasiun hanya memperbaiki kerusakan-kerusakan kecil yang tidak mengubah konstruksi bangunan stasiun.

"Bangunan stasiun enggak ada yang berkurang. Penambahan toilet saja susah karena takut nanti mengubah bentuk aslinya," kata Suharyanto.
Dok. PT KCI
Berbagai Cara Menurunkan Penumpang dari Atap KRL

Dulu, atap kereta selalu dinaiki penumpang. Berbagai cara dilakukan PT KAI hingga kini atap kereta steril dan aman.

Cara yang diterapkan antara lain menuangkan oli di atap kereta, memasang kawat berduri di atas peron, menyemperotkan cat warna, memasang palang pintu koboi, memasang bola besi penghalang, memanggil pemuka agama dan memutarkan rekaman dakwah, serta menghadirkan penegak hukum untuk mendenda yang masih nakal.

"Mulai berhasil ketika masinis dilarang memberangkatkan jika masih ada penumpang di atap. Penumpang di dalam kereta sendiri yang akhirnya menurunkan penumpang di atas agar kereta bisa jalan," Senior Manager Humas Daop 1 PT KAI Suprapto.
Tragedi Pilu dalam Sejarah Perkeretaapian Indonesia
Dok. PT KCI

Tragedi Bintaro I menjadi kecelakaan kereta terburuk sepanjang masa di Indonesia. Terjadi pada 19 Oktober 1987 dengan jumlah korban 156 tewas dan ratusan lainnya terluka.

Penuhnya lokomotif saat itu jadi salah satu penyebab kecelakaan. KA 220 Patas Merak di Stasiun Sudimara harusnya dilangsir.

Karena lokomotif penuh penumpang dan masinis tidak bisa melihat semboyan yang diberikan juru langsir, masinis pun bertanya kepada penumpang yang berada di lokomotif, "Berangkat?" Penumpang yang tak mengerti semboyan kereta menjawab, "Berangkat!"

Kecelakaan kereta terburuk kembali terjadi di Bintaro pada 9 Desember 2013, ketika KRL commuter line Serpong-Tanah Abang menabrak truk tangki pertamina di pelintasan Pondok Betung.

Sesaat sebelum kereta menabrak, Masinis Darman Prasetyo, Asisten Masinis Sofyan Hadi, dan Teknisi Kereta Agus Suroto mengevakuasi penumpang di gerbong 1 dan 2. Mereka tewas karena tak ikut menyelamatkan diri bersama penumpang.

Nama ketiganya diabadikan menjadi Balai Pelatihan dan Balai Pendidikan. Prasasti wajah mereka juga dibangun di Stasiun Tanah Abang.

Selasa, 10 Oktober 2017


1. PENENTUAN PROSES KOMPOSISI
Menyusun pesan bisnis yang menarik perhatian, mudah dibaca, dan mudah dipahami memerlukan kreativitas. Agar pesan bisnis efektif, diperlukan pemahaman terhadap proses penyusunan pesan bisnis. Proses penyusunan pesan bisnis umumnya terdiri atas tiga tahap sederhana, yaitu :
  1. Perencanaan Pesan
Dalam tahap ini, ditentukan hal – hal yang mendasar dari suatu pesan yang akan dikomunikasikan. Secara rinci, tahap perencanaan tersebut meliputi :
  1. Penentuan tujuan
  2. Analisis audiens
  3. Penentuan ide pokok
  4. Pemilihan saluran dan media
2. Penyusunan Pesan
Setelah tahap perencanaan, selanjutnya ide/gaasan dituangkan ke dalam pesan tertulis. Tahap itu meliputi dua kegiatan, yaitu :
  1. Mengorganisasikan pesan
  2. Memformulasikan pesan
3.Revisi Pesan
Pesan yang telah disusun dikaji ulang untuk memastikan apakah ide/gagasan yang diungkapkan sudah memadai. Berbagai kegiatan pada tahap revisi pesan adalah :
  1. Menyunting pesan
  2. Menulis ulang
  3. Memproduksi pesan
  4. Mencetak pesan
2. PENENTUAN TUJUAN BISNIS
Pesan bisnis dapat menciptakan nilai tambah bagi perusahaan. Pesan-pesanyang di sampaikan kepada pihak lain hendaknya mampu menjaga danmeningkatkan citra perusahaan. Untuk dapat menciptakan good will, setiap pesan bisnis hendaknya memiliki tujuan yang jelas, dapat di ukur, dan tidak bertentangan dengan tujuan organisasi.
Ada tiga tujuan unum komunikasi bisnis, yaitu :
  1. Memberi informasi (informing)
Tujuan pertama dalam komunikasi bisnis adalah memberikan informasi yang berkaitan dengan dunia bisnis kepada pihak lain. Sebagai contoh, seorang pemimpin suatu perusahaan membutuhkan bebebrapa pegawai baru yang akan di tempatkan sebagai staf adminitrasi di kantor- kantor cabang yang ada.
  1. Membujuk atau persuasi (persuading)
Tujuan kedua komunikasi bisnis adalah memberikan persuasi kepada pihak lain agar apa yang disampaikan dapat dipahami dengan baik dan bener. Hal ini sering dilakukan, terutama yang berkaitan dengan negosiasi antara seseorang dengan orang lain dalam bisnis.
  1. Melakukan kerjasama atau kolaborasi (kolaborating)
Tujuan ketiga dalam komunikasi bisnis adalah melakukan kolaborasi atau kerjasama bisnis antara seseorang dengan orang lain. Malalui jalinan komunikasi bisnis tersebut seseorang dapat dengan mudah melakukan kerjasama bisnis, baik dengan perusahaan domestik maupun perusahaan asing.






3. ANALISIS AUDIENCE
Analisis terhadap audiens sangat perlu dilakukan, audiens dalam studi komunikasi bisa individu ataupun organisasi. Audiens biasanya memiliki pemahaman yang berbeda-beda atas pesan yang mereka terima.
A. Mengembangkan Profil Audiens
Analisis terhadap Audiens yang sudah dikenal biasanya relatif lebih mudah dilakukan tanpa harus melalui penelitian yang rumit. Demikian juga, reaksi atas pesan yang dikrim kepada orang yang sudah dikenal pada umumnya bisa diperkirakan.

B. Mengenali penerima primer
Apabila penerima terdiri dari beberapa orang, perlu dikenali orang-orang terpenting yang berpengaruh atau bertindak sebagai pengambil keputusan.

C. Menetapkan jumlah dan komposisi audiens
Jumlah penerima juga memengaruhi pesan bisnis. Menulis pesan bisnis yang ditujukan hanya kepada satu orang akan berbeda dengan pesan bisnis yang ditujukan kepada banyak orang.

D. Mengukur Tingkat Pemahaman Audiens
Apabila penerima memiliki latar belakang yang sama pengirim , maka pada umumnya mereka dianggap memiliki pemahaman yang relatif sama terhadap suatru pesan.

E. Memperkirakan reaki penerima
Cara mengorganisasikan pesan sangat tergantung pada reaksi yang diperkirakan akan dilakukan oleh penerima.

F. Memenuhi Kebutuhan Informasi Audiens
Pesan yang baik akan mampu memenuhi semua pertanyaan penerima . Memenuhi kebutuhan informasi penerima merupakan salah satu kunci sukses pesan bisnis. Ada lima pedoman yang perlu diperhatikan agar pesan bisnis mampu memenuhi kebutuhan informasi audiens, yaitu :
  1. Temukan apa yang ingin diketahui audiens
  2. Antisipasi pertanyaan yang tidak diungkapkan
  3. Berikan semua informasi yang diperlukan oleh audiens
  4. Pastikan bahwa informasi yang diberikan akurat
  5. Tekankan gagasan yang paling menarik bagi audiens.
G. Memuaskan kebutuhan emosional dan praktis Audiens
Pesan yang bbertujuan membujuk dan bekerja sama seringkali gagal mengubah keyakinan atau perilaku audiens. Hal penting yang harus diingat bahwa pesan bisnis disampaikan kepada audiens yang juga melakukan kegiatan bisnis. Untuk mencapai tujuan komunikasi, diupayakan agar pesan bisnis menggunakan pendekatan emosional audiens, terstruktur, rasional, serta disusun dengan format yang menarik.

4. PENENTUAN IDE POKOK
Setiap pesan bisnis mempunyai tema pokok (main theme) yaitu rumusan pokok pembicaraan (topik) beserta tujuan yang ingin dicapai melalui topik tersebut. Namun perlu diperhatikan bahwa antara ide pokok dan topik itu merupakan hal yang berbeda. Topik merupakan subyek yang lebih luas. Sedangkan ide pokok merupakan pernyataan tentang suatu topik yang menjelaskan isi dan tujuan dari topik tersebut.
Cara yang dapat digunakan untuk menentukan ide pokok :
A. Brainstorming
Brainstorming adalah suatu cara menentukan ide pokok dengan membiarkan pikiran secara leluasa untuk mencari berbagai kemungkinan ide pokok, mempertimbangkan tujuan, audience, dan fakta yang ada. Beberapa teknik brainstorming yang dapat digunakan:
  1. Storyteller’s Tour
Hidupkan tape recorder, dan telaah pesan – pesan yang disampaikan. Fokuskan pada alasan berkomunikasi, poin utama nada, rasionalitas, dan imlikasi bagi penerima. Dengarkan dengan teliti, dan berlatihlah, sehingga ide pokok dari pesan dapat ditemukan dengan mudah.
  1. Random List
2.      Tulis segala sesuatu yang ada dalam pikiran di atas kertas kosong. Selanjutnya, pelajari hubungan antara ide – ide tersebut. Bagilah mereka ke dalam kelompok – kelompok, dan temukan poin yang penting dan yang tidak penting.
  1. Conclusions, Findings, Recommendations (CPR) Worksheet
Jika subjek yang dibahas mencakup pemecahan maslah, gunakanlah suatu worksheet yang akan membantu menjelaskan hubungan antara temuan (findings), kesimpulan (conclusions) dan rekomendasi (recommendation) yang akan diberikan.
  1. Journalistic Approach
Pendekatan jurnalistik memberikan poin yang baik sebagai langkah awal menentukan ide pokok. Jawaban terhadap siapa, apa, kapan, di mana, dan bagaimana uang biasanya diajukan dalam pendekatan jurnalistik, akan dapat menjelaskan ide pokok presentasi.
  1. Question and Answer Chain
Pendekatan yang paling baik adalah melihat dari sisi perspektif audience

B. Petunjuk atasan
Penentuan ide pokok dapat dilakukan dengan meminta petunjuk dari atasan. Ini banyak terjadi pada perusahaan dengan sistem senioritas dan desentralisasi. Namun cara ini dapat menyita waktu manajer hanya untuk pekerjaan yang sebenarnya dapat didesentralisasikan.

C. Kebiasaan
Cara yang ketiga dalam menentukan ide pokok adalah berdasar kebiasaan. Apabila perusahaan menghadapi situasi yang sama atau relatif sama, maka akan digunakan suatu ide pokok tertentu. Cara ini mempunyai keterbatasan, yaitu hanya untuk yang situasinya sama atau relatif sama saja.




V. SELEKSI SALURAN DAN MEDIA
Pesan-pesan bisnis harus sesuai dengan situasi yang ada. Ide-ide dapat disampaikan melalui dua saluran, yaitu saluran lisan dan tertuis. Pilihan mendasar antara berbicara atau menulis tergantung pada tujuan atau maksud pesan, audiens dan karakteristik dari kedua saluran komunikasi tersebut.
Saluran komunikasi lisan
Komunikasi lisan merupakan saluran yang palinhg banyak di gunakan dalam bisnis, komunikasi itu antara lain, percakapan antara dua orang secara langsung (tatap muka), melalui telpon, wawancara, pidato, seminar, pelatihan, dan presentasi bisnis. Saluran itu di sukai karna sederhana, spontan, nyaman, praktis, ekonomis dan memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam memberikan umpan balik (feed back).

Saluran komunikasi tertulis
Pesan-pesan tertulis dalam bisnis di buat dalam berbagai bentuk, misalnya surat, memo, proposal, dan laporan. Pilihan kata dalam pesan tertulis duilakukan dengan hati-hati untuk mempertahankan nada sopan dan bersahabat, kekurangannya adalah umpan balik secara langsung yang tidak bias di peroleh dengan waktu cepat.

Komunikasi Lisan :
  1. Anda menginginkan umpan balik segera dari audiens..
  2. Pesan anda relative sederhana dan mudah di mengerti .
  3. Anda tidak memerlukan catatan permanan
  4. Anda dapat mengumpulkan audiens lebih mudah atau ekonomis.
  5. Anda menginginkan interaksi dalam memecahkan masalah.
Komunikasi Tertulis :
  1. Anda tidak memerlukan unpan balik segera.
  2. Pesan anda sangat rinci, komplek, dan memerlukan perencanaan yang hati-hati.
  3. Anda memerlukan catatan permanen.
  4. Anda ingin mencapai audiens yang luas.
  5. Anda ingin mengurangi distorsi penyampaian pesan.
Media pada saluran lisan :
  1. Percakapan tatap muka (pidato, rapat, seminar, konferensi)
  2. Telepon, voice mail
  3. Radio, televisi, Computer
  4. Pita audio dan video
  5. Teleconference
  6. Video conference
Media pada saluran tertulis :
1.Surat, memo, laporan, proposal
  1. Elektronik mail / email
  2. Telepon (sms)
  3. Computer
  4. Faks
  5. Telegram
  6. Pos biasa dan khusus
SUMBER :

Jumat, 22 September 2017



1. Unsur-unsur dalma komunikasi bisnis
1. Sumber
Kita menggunakan istilah sumber-penerima sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber (atau pembicara) sekaligus penerima (atau pendengar). Anda mengirimkan pesan ketika anda berbicara, menulis, atau memberikan isyarat tubuh. Anda menerima pesan dengan mendengarkan, membaca, membaui, dan sebagainya.
2. Komunikator
Setiap orang yang terlibat dalam komunikasi beraksi dan bereaksi sebagai satu kesatuan yang utuh. Secara biologis kita dirancang untuk bertindak sebagai makhluk yang utuh. Kita tidak dapat bereaksi, misalnya, hanya pada tingkat emosional atau intelektual saja, karena kita tidak demikian terkotak-kotak. Kita pasti akan bereaksi secara emosional dan intelektual, secara fisik dan kognitif. Kita bereaksi dengan tubuh dan pikiran. Barangkali akibat terpenting dari karakteristik ini adalah bahwa aksi dan reaksi kita dalam komunikasi ditentukan bukan hanya oleh apa yang dikatakan, melainkan juga oleh cara kita menafsirkan apa yang dikatakan. Reaksi kita terhadap sebuah film, misalnya, tidak hanya bergantung pada kata-kata dan gambar dalam film tersebut melainkan pada semua yang ada pada kita —pengalaman masa lalu kita, emosi kita saat itu, pengetahuan kita, keadaan kesehatan kita, dan banyak lagi faktor lain. Jadi, dua orang yang mendengarkan sebuah pesan seringkali menerimanya dengan arti yang sangat berbeda. Walaupun kata-kata dan simbol yang digunakan sama, setiap orang menafsirkannya secara berbeda.
3. Pesan
Pesan komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk. Kita mengirimkan dan menerima pesan ini melalui salah satu atau kombinasi tertentu dari panca indra kita. Walaupun biasanya kita menganggap pesan selalu dalam bentuk verbal (lisan atau tertulis), ini bukanlah satu-satunya jenis pesan. Kita juga berkomunikasi secara nonverbal (tanpa kata). Sebagai contoh, busana yang kita kenakan, seperti juga cara kita berjalan, berjabatan tangan, menggelengkan kepala, menyisir rambut, duduk, dan. tersenyum. Pendeknya, segala hal yang kita ungkapkan dalam melakukan komunikasi.
4. Channel atau Saluran
Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Jarang sekali komunikasi berlangsung melalui hanya satu saluran, kita menggunakan dua, tiga, atau empat saluran yang berbeda secara simultan. Sebagai contoh, dalam interaksi tatap muka kita berbicara dan mendengarkan (saluran suara), tetapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat ini secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori). Seringkali kita saling menyentuh, ini pun komunikasi (saluran taktil).
5. Komunikasi
Komunikasi merupakan suatu proses, suatu kegiatan. Walaupun kita mungkin membicarakan komunikasi seakan-akan ini merupakan suatu yang statis, yang diam, komunikasi tidak pernah seperti itu. Segala hal dalam komunikasi selalu berubah —kita, orang yang kita ajak berkomunikasi, dan lingkungan kita.
6. Efek
Komunikasi selalu mempunyai efek atau dampak atas satu atau lebih orang yang terlibat dalam tindak komunikasi. Pada setiap tindak komunikasi selalu ada konsekuensi. Sebagai contoh, anda mungkin memperoleh pengetahuan atau belajar bagaimana menganalisis, melakukan sintesis, atau mengevaluasi sesuatu; ini adalah efek atau dampak intelektual atau kognitif. Kedua, anda mungkin memperoleh sikap baru atau mengubah sikap, keyakinan, emosi, dan perasaan anda; ini adalah dampak afektif. Ketiga, anda mungkin memperoleh cara-cara atau gerakan baru seperti cara melemparkan bola atau melukis, selain juga perilaku verbal dan noverbal yang patut; ini adalah dampak atau efek psikomotorik.



7. Faktor yang Diperhatikan dalam Proses Komunikasi
Karena komunikasi mempunyai dampak, maka ada masalah etik di sini. Karena komunikasi mengandung konsekuensi, maka ada aspek benar-salah dalam setiap tindak komunikasi. Tidak seperti prinsip-prinsip komunikasi yang efektif, prinsip-prinsip komunikasi yang etis sulit dirumuskan.

Pola komunikasi bisnis
1.      Komunikasi dari atas ke bawah
Secara sederhana, transformasi informasi dari manajer dalam semua level ke bawahan merupakan komunikasi dari atas kebawah (top-down atau downward communications). Aliran komunikasi dari manajer kebawahan tersebut, umumnya terkait dengan tanggung jawab dan kewenangannya dalam suatu organisasi. Seorang manajer yang menggunakan jalur komunikasi ke bawah memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi, mengarahkan, mengkoordinasi , memotivasi, memimpin dan mengendalikan berbagai kegiatan yang ada di level bawah.
Komunikasi dari atas ke bawah tersebut bisa berupa lisan (oral communications) maupun tertulis (written communications).  Komunikasi secara lisan dapat berupa percakapan biasa, wawancara formal antara supervisor dengan karyawan, atau dapat juga dalam bentuk pertemuan. Di samping itu komunikasi tertulis juga dapat berbentuk memo, manual pelatihan, kontak informasi, surat tugas, surat perintah, surat keputusan, surat pemberhentian, papan pengumuman, dan buku petunjuk pelaksanaan tugas bagi karyawan.
Menurt katz dan khan, komunikasi kebawah memiliki lima tujuan pokok yaitu:
1.      Memberikan penghargaan atau instruksi kerja tertentu,
2.      Memberikan informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan,
3.      Memberikan informasi tentang prosedur dan praktik organisasional,
4.      Memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada paraa karyawan,
5.      Menyajikan informasi mengenai aspek ideologi dalam membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai.
Salah satu kelemahan saluran informasi dari atas ke bawah ini adalah kemungkinan terjadinya penyaringan atau sensor informasi penting yang ditunjukan kepada bawahannya. Dengan kata lain, pesan yang diterima para bawahan bisa jadi tidak selengkap aslinya. Ketidak lengkapan pesan yang diterima disebabkan saluran komunikasi yang cukup panjang mulai dari manajer puncak hingga ke karyawan. Untuk memberikan gambaran yang lebih rinci tentang komunikasi dari atas kebawah dalam suatu organisasi simaklah gambar dibawah.

2.      Komunikasi dari bawah ke atas
Dari struktur orgsnisasi,komunikasi dari bawah ke atas berarti alur pesan yang disampaikan berasal dari bawah (karyawan) menuju ke atas(manajer).
Untuk menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam suatu organisasi dan mengambil keputusan secara tepat, sudah sepantasnya bila manajer memperhatikan aspirasi yang berasal dari bawah. Keterlibatan karyawan dalam proses pengambilan keputusan merupakan salah satu cara yang positif dalam upaya pencapaian tujuan organisasi, selain itu para manajer harus percaya penuh kepada para bawahannya. Kalau tidak, informasi apapun dari bawahan tidak akan bermanfaat karena yang muncul hanyalah rasa curiga dan ketidak percayaan terhadap informaasi tersebut.
Salah satu kelemahan komunikasi dari bawah ke atas adalah kemungkinan bawahan hanya menyampaikan informasi yang baik-baik saja, sedangkan informasi yang agaknya mempunyai kesan negatif atau tidak disenangi oleh manajer cenderung disimpan atau tidak disampaikan.
Untuk memberikan gambaran yang lebih rinci tentang komunikasi dari bawah ke atas dalam suatu organisasi simaklah gambar dibawah.

3.      Komunikasi horizontal
Komunikasi horizontal atau sering juga disebut dengan istilah komunikasi lateral, adalah komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi sejajar dalam suatu organisasi, tujuan komunikasi horizontal antara lain untuk melakukan persuasi, mempengaruhi, dan memberi kan informasi kepada bagian atau departemen yang memiliki kedudukan sejajar.
Komunikasi horizontal menjadi penting artinya manakala setiap bagian atau departemen dalam suatu organisasi memiliki tingkat tingkat ketergantungan yang cukup besar. akan tetapi, jika masing-masing bagian dapat bekerja secara sendiri-sendiri tanpa harus bergantung pada bagian lainnya, komunikasi horizontal tidak sering atau minim dipakai.
.
4.      Komunikasi  diagonal     
Bentuk komunikasi yang satu ini memang agak lain dari beberapa bentuk komunikasi sebelumnya. Komunikasi diagonal melibatkan komunikasi antara dua level organisasi yang berbeda.contohnya adalah komunikasi formal antara manajer pemasaran dengan bagian pabrik.
-  Bentuk komunikasi diagonal memiliki beberapa keuntungan, diantaranya adlah:
1. Penyebaran informasi bisa menjadi lebih cepat dibandingkan bentuk komunikasi tradisional.
2. Memungkinkan individu dari berbagai bagian atau departemen ikut membantu menyelesaikan masalah dalam organisasi.
Namun komunikasi diagonal juga memiliki kelemahan. Salah satu kelemahannya adalah bahwa komunikasi diagonal dapat mengganggu jalur komunikasi yang rutin dan telah berjalan normal. Disamping itu, komunikasi diagonal dalam suatu organisasi besar juga sulit untuk dikendalikan secara efektif.
5.      Keterbatasan komunikasi formal
Meskipun sangat penting bagi organisasi besar, namun dampak saluran komunikasi formal kurang menguntungkan dari sudut pandang individual maupun perusahaan.
Dilihat dari sudut pandang individual, komunikasi formal sering membuat frustasi atau menjengkelkan bagi pihak tertentu, khususnya mengenai keterbatasan untuk masuk ke dalam proses pengambilan keputusan. Dalam struktur organisasi yang besar, untuk dapat berkomunikasi dengan manajer puncak harus terlebih dahulu melalui lapisan manajer yang ada dibawahnya. Artinya banyak jalur yang harus dilalui untuk dapat berkomunikasi secara langsung dengan manajer puncak. Kemudian dilihat dari sudut pandang perusahaan, masalah terbesar dalam saluran komunikasi formal adalah kemungkinan munculnya distorsi atau gangguan penyampaian informasi ke level yang lebih tinggi, karena setiap keterkaitan (link) dalam jalur komunikasi berpotensi menimbulkan kesalah pahaman.
 Bagaimana mengatasi hal tersebut? Salah satu caranya adalah dengan mengurangi jumlah tingkatan (level) dalam struktur organisasi. Semakin sedikit kaitan dalam jalur komunikasi, semakin sedikit kemungkinan terjadinya kesalahpahaman. Struktur organisasi yang mendatar dengan tingkatan organisasi yang lebih sedikit, dan lebih banyak rentang kendalinya akan dapat membantu mengurangi terjadinya distorsi.


Pengaruh pemanfaatan teknologi informasi dalam pemgambil keputusan
Seorang Wirausaha harus memulai menerapkan keputusan, semua keragu-raguan dan ketidakpastian haruslah dibuang jauh-jauh. Jika anda dihadapkan pada alternatif harus memilih, maka buatlah pertimbangan-pertimbangan yang matang. Kumpulkan berbagai informasi dan boleh meminta pendapat orang lain. Setelah itu, ambil keputusan dan jangan ragu-ragu. Dengan berbagai alternatif yang ada dalam pikiran, para Wirausaha akan dapat mengambil keputusan yang terbaik. Banyak factor yang dapat mempengaruhi pembuatan keputusan (decision making), diantaranya motivasi, persepsi, dan proses belajar.
Dalam proses pembuatan keputusan, kenyatannya ada Wirausaha yang mampu mengambil keputusan berdasarkan pengalaman, dan ada pula Wirausaha yang berperilaku membuat keputusan secara otomatis. Jika keputusan diambil berdasarkan pada pengalaman masa lalu, hendaknnya tergantung juga pada tempat, waktu, pendidikan Wirausaha, dan sebagainya.
o    Seorang Wirausaha yang kreatif adalah yang pandai mengambil keputusan- keputusan yang tepat dalam bisnisnya.
o    Seorang Wirausaha suksesnya tergantung pada kemampuan mengambil keputusan yang meningkatkan kemampuan meningkatkan laba bisnis pada masa mendatang.
o    Seorang wirausaha yang ingin maju sangat tergantung pada ekspentasi masa depan dan keberlanjutan bisnisnya.

Faktor dan pertimbangan membuat keputusan
Dalam mengelola bisnisnya, para worausaha harus membuatkeputusan akhir dengan memperhatikan faktor-faktor dan pertimbangan berikut:
o    Ukuran dan kompleksitas bisnis.
o    Harapan mengenai pertumbuhan dan perkembangan bisnis.
o    Fasilitas jasa yang tersedia di daerah untuk berbagai instalasi sistem.
o    Kualitas dan kuantitas dari staf yang tersedia untuk pelbagai jenis system dan fasilitas latihan yang tersedia.
o    Jumlah transaksi yang harus diproses.
o    Faktor-faktor keuangan.
Peran komunikasi dalam bisnis
1.      Sebagai alat untuk menciptakan kesamaan pengertian
2.      sebagai alat untuk menggerakkan perbuatan atau reaksi pesan (komunikator)
 Perlu kita sadari bahwa komunikasi adalah sekedar alat dan bukan tujuan. Dengan alat tersebut diharapkan bahwa rangkaian kegiatan manajemen akan dapat terlaksana secara lancar.
Oleh sebab itu adalah penting bagi semua pihak untuk secara bersamasama berusaha menciptakan komunikasi yang baik dan sehat. Komunikasi yang sehat merupakan kondisi bagi lancarnya aktivitas dunia bisnis atau dunia usaha.
Dalam hal ini peranan pimpinan penting artinya guna merealisir terciptanya kominikasi yang sehat tersebut. Sebagai pimpinan yang baik maka tidak ada alasan untuk tidak berusaha menciptakan komunikasi yang sehat antara karyawan dengan pimpinan. Komunikasi pada dasarnya penting tidak hanya bagi pimpinan agar supaya segala kebijaksanaan, perintah, intruksi, teguran dan sebagainya yang ia sampaikan kepada bawahannya mendapat tanggapan positif, demikian pula bagi karyawan komunikasi juga penting, karena bisa memberi masukan bagi pimpinan untuk evaluasi.

• Perusahaan sudah pemanfaatkan Teknologi Informasi dalam menunjang
kegiatan operasional dan menunjang bisnis utama yaitu Properti dan Logistik.
• Perusahaan sudah memiliki aplikasi Teknologi Informasi yang terintegrasi, didukung sistem jaringan komputer transaksi terlaksana secara online dari Kantor Pusat hingga Unit Usaha sehingga dapat mengefisiensikan kegiatan operasional Perusahaan.
Pemanfaatan Teknologi Informasi yang sudah dilakukan dalam menunjang kegiatan operasional Perusahaan meliputi bidang-bidang sebagai berikut :
1. Sistem Informasi Akuntansi dan Keuangan
2. Sistem Informasi Properti
3. Sistem Informasi Forwarding.
4. Sistem Informasi Pergudangan.
5. Sistem Informasi SDM
6. Sistem Informasi Poliklinik
7. Aplikasi Audit Internal (Pengawasan SPI)
8. Sistem Persediaan ATK/Cetakan
9. Sistem Inventarisasi Peralatan Kantor
10. Sistem Electronic Data Interchange (EDI) untuk pengiriman dokumen
11. Website dan intranet.Pemanfaatan teknologi informasi dalam komunikasi bisnis
Perusahaan sudah pemanfaatkan Teknologi Informasi dalam menunjang
kegiatan operasional dan menunjang bisnis utama yaitu Properti dan Logistik.
Perusahaan sudah memiliki aplikasi Teknologi Informasi yang terintegrasi, didukung sistem jaringan komputer transaksi terlaksana secara online dari Kantor Pusat hingga Unit Usaha sehingga dapat mengefisiensikan kegiatan operasional Perusahaan.Pemanfaatan Teknologi Informasi yang sudah dilakukan dalam menunjang kegiatan operasional Perusahaan meliputi bidang-bidang sebagai berikut :
1.Sistem Informasi Akuntansi dan Keuangan
2. Sistem Informasi Properti
3. Sistem Informasi Forwarding.
4. Sistem Informasi Pergudangan.
5. Sistem Informasi SDM
6. Sistem Informasi Poliklinik
7. Aplikasi Audit Internal (Pengawasan SPI)
8. Sistem Persediaan ATK/Cetakan
9. Sistem Inventarisasi Peralatan Kantor
10. Sistem Electronic Data Interchange (EDI) untuk pengiriman dokumen
11. Website dan intranet.

;;
Diberdayakan oleh Blogger.

By :
Free Blog Templates